Kadang kehidupan berusaha merobohkan kita, saat kita sudah berada begitu dekat dengan mimpi kita. Hal ini pernah di alami oleh seorang pria bernama Lance Armstrong. Pada tahun 1996, Armstrong sedang di ambang pintu menuju mimpi besarnya untuk meraih gelar juara Tour de France. Dalam dunia persaingan balap sepeda, pertandingan ini menjadi ujian tertinggi kekuatan dan keuletan. Selama dua puluh dua hari, dua puluh tahap yang berbeda dan 2.286 mil, sejumlah atlet terbaik dunia berlomba mengarungi bukit dan lembah, melalui kota kecil dan besar untuk memenangkan gelar bergengsi itu.
Kemudian tragedi itu terjadi.
Tanpa peringatan dan tanda-tanda apapun, Lance mulai batuk darah dan mengalami sakit kepala, penglihatannya menjadi kabur dan kesakitan di pangkal pahanya. Ketika hasil tes selesai dikerjakan, sebuah vonis mengejutkan disampaikan oleh dokter. Ia menderita kanker testis yang ganas. Bahkan ditemukan kanker itu telah menyebar ke perut, paru-paru, bahkan otaknya. Dilaporkan di paru-parunya saja ada sebelas benjolan, bahkan beberapa sebesar bola golf. Pada otaknya ada dua tumor yang membahayakan dan dokter menyatakan kemungkinan ia dapat bertahan hanya 50 persen saja.
Dengan menganggap kanker seolah-olah tidak lebih dari tantangan bersepeda lainnya, Lance Armstrong menyingkirkan kekecewaannya dan mengembangkan suatu rencana tindakan. Mulai dari pembedahan otak sampai kemoterapi di jalaninya, ia melakukan apa saja yang ia bisa untuk menyerah pada depresi, pengunduran diri atau kegagalan.
Lima bulan setelah diagnosis, Armstrong mulai berlatih kembali untuk meraih mimpinya dalam balap sepeda. Setelah menjalani pemulihan kesehatan yang ia jalani dengan cara yang luar biasa, ia meraih kemenangan yang mengagumkan di Tour de Luxumbourg, Rheinland-Pfalz Fundfarht di Jerman dan Cacade Classic di Oregon. Tidak lama setelah itu ia menduduki peringkat ke empat di Tour of Holland dan Tour of Spain, salah satu perlombaan paling bergengsi! Pada tahun 1999, mimpinya akhirnya terwujud, ia memenangkan Tour de France dengan tujuh menit, tiga puluh detik lebih cepat dari lawan-lawannya. Tidak hanya itu, ia mempertahankan gelarnya di Tour de France pada tahun 2000 dan 2001 dan menjadi pembalap satu-satunya dalam sejarah olahraga yang memenangkan gelar bergengsi itu tiga tahun berturut-turut.
Dalam hidup ini, Anda bisa menemukan hambatan dimana saja yang dapat menghalangi Anda meraih mimpi-mimpi Anda. Namun pilihannya ada di tangan Anda. Anda bisa memilih untuk berjuang dan dengan bantuan Tuhan menaklukannya dan meraih mimpi Anda, atau Anda menyerah, kalah dan mati tanpa pernah meraih apa yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup Anda.
Sumber : Dibangunkan Terhadap Takdir; Terry Christ; Immanuel Publishing